Curah hujan tinggi yang menimbulkan banjir di Jakarta dan sekitarnya mendorong Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB) melakukan modifikasi atau rekayasa cuaca sejak Selasa (14/1) kemarin. Penerapan teknologi ini dijamin tak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif menyampaikan, modifikasi ini akan diterapkan selama dua bulan ke depan, dengan menimbang kondisi status darurat banjir Jakarta.
“Dengan ditetapkannya status siaga darurat banjir oleh Pak Jokowi maka secara legal kami sudah punya dasar untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC),” kata Syamsul, seperti dilansir Jpnn.com, Selasa (14/1).
Modifikasi cuaca ini dilakukan dalam dua teknik, yakni metode dengan melakukan percepatan proses pembentukan awan hujan atau jumping process. Lalu dilakukan penyemaian garam di atas awan. Sedang teknik kedua, dengan melakukan ground base generator dan flare atau proses penghambatan pembentukan awan dari darat.
Teknik ini akan dilakukan setiap hari, dan berharap agar kesuksesan penerapan modifikasi cuaca tahun lalu kembali terjadi, yang mampu menurunkan curah hujan hingga 20-35 persennya.
Meski harus mengucurkan dana sebesar 20 miliar rupiah dalam penerapan modifikasi cuaca ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap menginstruksikan BNPB untuk membantu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam menanggulangi banjir ibu kota lewat penerapan TMC ini.
Baca Juga Artikel Lainnya:
Pencipta Senapan AK-47, Mengaku Berdosa Atas Banyak Nyawa
Penjual Susu Ini Nyaleg di Solo Tanpa Modal
Kepala BNPB Jamin Konsumsi Pangan Para Pengungsi Korban Sinabung
Fakta Dibalik Konflik Agama Afrika Tengah
Paus Fransiskus Sebut Praktik Aborsi 'Mengerikan'
Superbook di Kota Batam Dihadiri Ribuan Peserta
Sumber : Jpnn.com/Liputan6.com/Lori